Jumat, Agustus 01, 2008
Sajak tentang PUNCLUT
Untuk 20 Meter Lebar Jalan
karya: Iskandarsyah B.
Bukit utara merana gersang
Berdatangan para kafir dari sebrang lautan
Mengencingi tata krama makam leluhur
Berbekal kepala naga
Alam menangis, penguasa terbahak
Tak menyisakan setetes air, pelepas dahaga besok
Hanyutkan kota dengan keangkuhan Dewa
Mereka tukar darah kakek buyut dengan angpau
Potret ini harus disobek!
Jangan hiraukan mata belati kepala peluru
Di dalam darah ini, ada setetes darah titipan
Titipan dari sebuah harga diri, yang pernah ada
Ketika menghadang dan menendang meneer
Mari kembali berdiri, tegak menghadang
Berbekal bambu-bambu tumpul di pelataran
Yang mereka wariskan, untuk kita asah
Menghidupkan harga diri dan Ketuhanan
Di tanah Bunda tercinta
Hanya melawan, dan melawan lalu melawan
Tancapkan bambu runcing di jantung perusak
Kita tak perlu nama di pusara
Punclut, 12 Februari 2004
(Sajak di atas pernah dimuat di HU Pikiran Rakyat, 5 Maret 2005)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar